Jumat, 28 September 2012

Anjungan Lampung


Anjungan Lampung, sebagai media promosi dan informasi berperan aktif menampilkan seluruh aspek kehidupan masyarakat Lampung. Baik Kebudayaan, Pariwisata maupun aspek Pembangunan dan Ekonomi. Berbagai corak informasi dan promosi yang disajikan di Anjungan ini, mulai dari gaya arsitektur tradisional, keragaman seni dan tradisi maupun keindahan alam serta potensi ekonomi, yang semuanya disuguhkan melalui pameran tetap. Dan yang penting kehidupan budayanya, melalui pergelaran upacara adat serta pertunjukan kesenian Lampung. Anjungan Lampung juga berfungsi sebagai sarana rekreasi dan edukasi yang ditujukan untuk menambah wawasan pengetahuan sosial, pariwisata dan seni budaya bagi masyarakat umum dan wisatawan domestik maupun manca negara. Dengan harapan dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap keaneka ragaman budaya bangsa Indonesia, terutama budaya Lampung.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Anjungan Lampung, dalam pengelolaan dan kegiatannya, mempunyai artian posisi yang strategis. Karena disatu sisi Anjungan Lampung berfungsi sebagai kepanjangan tangan untuk kepentingan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/ kota yaitu menjadi media promosi dan informasi daerah. Dan di sisi lain, Anjungan Lampung harus dapat memperkenalkan budaya daerah Lampung, dan yang terpenting Anjungan juga harus dapat menampung serta menyalurkan segala aspirasi dan keinginan masyarakat Lampung. Kegiatan-kegiatan yang secara tradisi selama ini dilakukan di daerah, dipergelarkan untuk diperkenalkan kepada masyarakat umum. Dengan cakupan peran serta fungsi yang demikian luasnya maka Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan Anjungan Lampung sebagai Pusat Informasi Perdagangan, Industri, Investasi, Pariwisata dan Budaya dengan sebutan “Lampung Trade, Industry, Investment, Tourism and Culture Information Center.”


Anjungan-anjungan daerah yang berada di Taman Mini ”Indonesia Indah”, merupakan aset negara dimana oleh negara diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Daerah untuk kepentingan daerah dimaksud. Sistem pengelolaan yang diberlakukan pada Anjungan Daerah Lampung berdasarkan SK. Gubernur Nomor: 16 tahun 2000 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Propinsi Lampung, dengan dipertegas pada SK. Gubernur No. 61 Tahun 2001.
Anjungan Lampung secara fungsional dijabat oleh Kepala Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Lampung di Jakarta sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 61 Tahun 2001, tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Lampung dengan sebutan Pimpinan Anjungan Daerah.

DATA FISIK

Anjungan Lampung, berdiri diatas lahan seluas 8.368,68m2 dengan posisi:
Sebelah Selatan berbatasan dengan Pura Hindu Dharma;
Sebelah Utara berbatasan dengan Pusat Informasi Budaya dan Wisata (PIBW);
Sebelah Timur berbatasan dengan Anjungan Jawa Barat;
Sebelah Barat berbatasan dengan Anjungan DKI Jakarta.
Pada tahun 1971, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung, yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Zainal Abidin Pagar Alam, atas permintaan Ibu Tien Soeharto selaku Ketua Yayasan Harapan kita, untuk membangun sebuah Anjungan yang bercirikan Rumah Adat Lampung pada lokasi Taman Mini “Indonesia Indah”.
Pembangunan Anjungan Lampung dimulai pada tahun 1973, atas prakarsa Gubernur Lampung Bapak Sutiyoso. Kedua Bangunan yaitu Nuwou Balak dan Nuwou Sessat dirancang oleh Arsitek di bawah koordinasi Bappeda Propinsi Daerah Tingkat I Lampung, melibatkan Dinas dan Instansi terkait. Pada tanggal 17 April 1975, Gubernur atas nama masyarakat daerah Lampung, mempersembahkan Rumah adat dan Balai Adat kepada ketua yayasan Harapan Kita yang diresmikan penggunaannya pada pada tanggal 20 April 1975.

Sejak bulan Nopember 1995, Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung menyetujui untuk merenovasi bangunan Balai Adat / Nuwou Sessat yang dilaksanakan secara bertahap dan Nuwou Sessat selesai direnovasi bulan Oktober 1997; Bulan Juni 2002, Pemerintah Provinsi Lampung melakukan renovasi keseluruhan Sarana dan Prasarana Anjungan Lampung, yang proses pembangunannya selesai pada Oktober 2003, dan renovasi tersebut diresmikan pada April 2004, oleh Menteri Dalam Negeri RI Bapak Hari Sabarno.

Dengan demikian kini Anjungan Lampung mempunyai enam bangunan utama, yaitu :
1. Bangunan Rumah Adat (Nuwou/Lamban Balak);
2. Bangunan Balai Adat (Nuwou Sessat/ Sessat Agung);
3. Bangunan Kantor (Nuwou Kattur);
4. Miniatur Menara Siger (Landscape);
5. Plaza
6. Bangunan Mess (Pesanggrahan Anjula);
7. Bangunan Open Theater (Bataiyan);
8. Bangunan Kantin (Pondok Krakatau);
9. Souvenir Shop;
10. Taman Dermaga Jukung.

FASILITAS PELAYANAN


Untuk mendukung kegiatan yang diselenggarakan, pelaksana Harian Anjungan Lampung TMII, menyediakan unit fasilitas layanan untuk keperluan promosi dan informasi, agar dapat membantu memberikan pelayanan terhadap pengunjung yaitu :
1. Unit Pelayanan Promosi dan Informasi;
2. Unit Pelayanan Pendidikan dan Latihan Seni Budaya;
3. Unit Pelayanan Administrasi dan Rumah Tangga;
4. Unit Pelayanan Pemasaran dan Kegiatan;
6. Unit Mess (Pesanggrahan Anjula);
5. Unit Keamanan (Security);
7. Unit Pelayanan Pendukung:
a. Kantin Pondok Krakatau;
B. Souvenir Shop;
b. Koperasi Karyawan;
c. Anjula Band.

TAMPILAN RUANG

Jalan masuk utama ke Anjungan Lampung hanya ada sebuah, ditambah dengan dua buah pintu kecil yang menghubungkan Anjungan Lampung dengan anjungan DKI Jakarta dan Anjungan Jawa Barat.
Masuk ke Anjungan ini pengunjung akan melalui pintu gerbang (Lawang Kuri) dengan gaya arsitektur Lampung yang Indah. Dari arah pintu masuk apabila melepaskan pandangan ke depan akan tampak miniatur Menara Siger sebagi replika dari Menara Siger yang berada di Bukit Bakauheni, Lampung Selatan.

Sedangkan di sebelah kiri terdapat sebuah bangunan Tradisional berbentuk panggung yang keseluruhannya terbuat dari kayu adalah Rumah adat yang disebut Nuwou/Lamban Balak, bangunan ini menghadap ke Timur. Bentuk rumah adat yang ada di Anjungan Lampung merupakan kombinasi antara model rumah masyarakat adat Pepadun dengan masyarakat adat Saibatin. Nuwou/Lamban Balak merupakan rumah tempat tinggal para kepala adat (penyimbang adat) yang dalam bahasa Lampung disebut Balai Keratun. Pada bangunan asli, beranda yang mengelilingi rumah tradisional kepala adat merupakan ciri khusus yang membedakan dengan rumah tradisional rakyat.

Di sebelah kanan arah ke Timur, akan terlihat sebuah bangunan Gedung Kantor Pengelolaan Anjungan (Nuwou Kattur), Bangunan Kembar dua lantai yang difungsikan sebagai Kantor Pengelolaan Pelayanan Anjungan, Ruang Perpustakaan, Ruang Pelayanan Promosi dan Informasi, serta Ruang Konvensi.

Bangunan asli Nuwou Balak terdiri dari beberapa ruangan yaitu :
1. Lawang Kuri: merupakan gapura;
2. Ijan Geladak: Tangga naik ke rumah;
3. Anjungan: Serambi depan untuk menerima tamu;
4. Serambi tengah: Tempat duduk anggota kerabat pria;
5. Lapang Agung: Tempat kerabat perempuan berkumpul;
6. Kebik Temen (Kebik Perumpu): Kamar tidur untuk anak tertua (anak penyimbang bumi);
7. Kebik Rangek: Kamar tidur bagi anak penyimbang Ratu (anak kedua);
8. Kebik Tengah: Kamar tidur untuk anak Penyimbang batin (anak ketiga).

Pada rumah adat tersebut difungsikan sebagai tempat peragaan berbagai aspek budaya Lampung. Dan lantai dasarnya (kolong) dimanfaatkan sebagai Rest area bagi pengunjung.

Bangunan yang terbesar dan menghadap ke Selatan adalah Balai Adat yang disebut Nuwou Sessat ini adalah, tempat para Purwatin (penyimbang) mengadakan Pepung adat (Musyawarah), karena balai ini juga disebut Sessat Balai Agung. Bagian-bagian dari bangunan ini adalah;

1. Ijan Geladak: Tangga masuk yang dilengkapi dengan atap yang disebut Rurung Agung;
2. Anjungan: Serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil;
3. Ruang Tetabuhan: Tempat menyimpan alat musik tradisional Talo Balak (Kulitang);
4. Gajah Merem: Tempat istirahat bagi para penyimbang.

Di Taman Mini Indonesia Indah bangunan Balai Adat ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan sebagai tempat pertunjukan kesenian serta kegiatan upacara lainnya, dan di lantai bawah difungsikan sebagai tempat peragaan dan pameran produk unggulan Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung. Di belakang Balai Adat di bagian Timur Selatan Anjungan di bangun sebuah Teater terbuka (Open Theater) yang disebut Bataiyan, sebuah fasilitas yang diperuntukkan bagi pertunjukan kesenian dengan konsep panggung terbuka. Dan di antara Balai Adat dan Teater terbuka terdapat fasilitas Cafetaria/ Kantin sebagai fasilitas pelengkap.
Sedangkan di sebelah Barat Balai Adat terdapat fasilitas akomodasi berupa sebuah Pesanggrahan (tempat singgah/bermalam) bagi para seniman/seniwati yang berkegiatan di Anjungan Lampung serta Taman Mini “Indonesia Indah”.



sumber : http://perwakilan.lampungprov.go.id/index.php?m=content&s=content&id=53



Tidak ada komentar: